Jumat, 06 Januari 2012

Komposisi dalam Fotografi


KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI
Lesie Yuliadewi
Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Pada mulanya Frederick Scott Archer menemukan collodion, bahan baku fotografi, yang
dilapiskan ke kaca dan langsung dipasang pada kamera obscura untuk menghasilkan gambar. Cara
ini digunakan untuk memotret di seluruh Eropa dan Amerika. Para fotografer pada zaman itu masih
belum memperhatikan kualitas gambar. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan
kecanggihan teknologi, manusia menemukan bahan yang dapat membuat sebuah gambar menjadi
tajam, dan penggemar fotografi pun mulai memperhatikan nilai lebih karya fotografi. Berbagai aspek
penunjang keberhasilan yang memberikan nilai lebih mulai diperhatikan, antara lain komposisi yang
dapat membantu terwujudnya suatu karya fotografi yang bermutu.
Kata kunci: fotografi, komposisi
ABSTRACT
At the first time, Frederick Scott Archer found collodion, an element of photography, that
covered the glasses and can be put it on obscura camera to have the picture. This methode has
used before, in all European and American countries. The photographer, at that time, had not
cared about the quality of the picture. Meanwhile together advanced technology, human
discovered some elements that can make a picture became more sharply. From that point,
photographers become more appreciate with photography work. All sorts of aspects that can
give more value for the picture, has been more attractived, ie: composition that can help to
discover a better quality of photography work.
Keywords: photography, composition
PENDAHULUAN
Peradaban terus berkembang sejak manusia ada di bumi. Ditemukannya berbagai
temuan baru secara berkesinambungan telah mempermudah aktivitas hidup manusia.
Temuan dan ciptaan yang menghasilkan teknologi canggih dan mengagumkan itu
seyogyanya diiringi oleh adanya sentuhan estetis, sebab suatu benda akan terasa lebih
menarik apabila tersentuh oleh nilai estetis. Contohnya ialah karya-karya oleh bidang
fotografi.
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
49
Fotografi telah dirintis manusia sejak zaman Aristoteles, bahkan mungkin
sebelumnya. Aristoteles mengadakan percobaan dengan merentangkan kulit yang diberi
lubang kecil, digelar di atas tanah, dan diberi antara untuk menangkap cahaya matahari.
Percobaan tersebut telah mempelopori penemuan kamera.
Penemuan bahan yang dapat memproduksi gambar ditandai oleh lahirnya collodion
yang ditemukan oleh Frederick Scott Archer. Collodion merupakan bahan baku fotografi.
Bahan ini dilapiskan ke kaca dan langsung dipasang pada kamera obscura untuk
menghasilkan gambar. Meskipun kualitas gambarnya belum tajam namun penemuan ini
membuat para fotografer pada zaman itu terkagum-kagum. Pada masa itu cara ini
digunakan untuk memotret di seluruh Eropa dan Amerika. Kamera yang digunakan adalah
kamera obscura. Kemudian ditemukan kamera portable yang pengoperasiannya juga
secara manual.
Seorang fotografer harus mempelajari berbagai fungsi anatomi kamera agar dapat
mengoperasikannya secara baik. Kesalahan teknis sedikit dapat menyebabkan kegagalan
fatal. Tidak berputarnya gulungan roll film dapat menyebabkan semua hasil bidikan tidak
terekam, sehingga semua foto tidak dapat tercetak. Kegagalan seperti ini harus dihindari,
apalagi bila peristiwa yang dipotret tidak dapat diulang
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kecanggihan teknologi,
fotografi mengalami kemajuan yang pesat. Ditemukannya berbagai peralatan fotografi
telah mendukung peningkatan kualitas karya. Kamera pun jadi makin multi fungsi dengan
adanya tombol-tombol otomatik, misalnya program Shutter speed dan bukaan diafragma.
Berbagai jenis pemotretan, seperti close-up dan lansekap dipermudah dengan fungsi
kamera yang semakin canggih. Penemuan-penemuan baru telah membuat seseorang
dapat membidikkan kameranya ke obyek secara mudah. Sementara itu bahan untuk
memproduksi dan mereproduksi gambar juga semakin berkualitas. Sejak ditemukannya
film gulung (roll film) oleh George Eastman pada tahun 1895, teknik produksi dan
reproduksi fotografi mengalami revolusi teknologi yang cukup pesat.
Berbagai penemuan tersebut telah mempermudah fotografer untuk berkarya. Para
fotografer menjadi lebih kritis untuk membedakan antara karya yang baik dan yang
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
50
kurang. Usaha untuk menghasilkan karya fotografi yang berkualitas mulai dipikirkan,
antara lain dengan cara berpedoman pada komposisi. Penguasaan komposisi yang benar
berdasarkan pedoman komposisi akan sangat membantu pemotret pemula untuk melatih
kepekaan estetiknya dalam memotret sehingga dihasilkan foto yang memiliki nilai seni
lebih daripada sekedar foto biasa. Foto yang asal jepret seringkali hasilnya berkesan biasa
saja, hanya menarik minat orang yang berkepentingan. Sedangkan orang lain yang tidak
berkepentingan sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya.
Pengetahuan mengenai komposisi dapat membantu fotografer untuk menghasilkan
foto yang baik. Penerapan komposisi ini dapat dilakukan dengan kamera manual yang
tingkat kesulitannya relatif lebih tinggi, semi otomatik yang tingkat kesulitannya sedang
atau full-otomatic camera seperti pocket camera yang sangat mudah penggunaannya.
UNSUR-UNSUR KOMPOSISI
Komposisi merupakan salah satu unsur penentu tingginya nilai estetik karya
fotografi. Menurut Charpentier (1993), komposisi adalah cara bagaimana gambar
membagi sebuah bidang gambar.
Penentuan komposisi dilakukan pada saat membidik obyek foto. Untuk itu
diperlukan penataan terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan suatu gambar
dalam sebuah bidang gambar, sehingga obyek fotografi dapat tampil sebagai point of
interest (pusat perhatian). Lebih dulu mata pengamat karya foto akan dipandu untuk
memperhatikan bagian yang menjadi pusat perhatian utama (main point of interest), baru
kemudian memperhatikan pusat perhatian kedua (secondary point of interest), sehingga
sebagian pesan yang akan kita sampaikan mealui foto dapat diterima dengan baik.
Awalnya tentukan dulu satu dominasi yang akan menjadi pusat perhatian utama
(main point of interest), karena suatu gambar sebaiknya menceritakan tidak lebih dari
sebuah cerita agar tidak kehilangan fokus. Dalam penentuan pusat perhatian (point of
interest) perlu diperhatikan unsur-unsur pendukungnya agar mempermudah untuk
menentukan apa yang akan ditonjolkan.
Unsur-unsur pendukung komposisi sebagai berikut:
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
51
• Ujud (shape), yaitu tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon (garis
lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran).
Tekniknya dapat berupa kontras pencahayaan yang ekstrim seperti siluet, penonjolan
detail-detail benda, mengikutkan subyek menjadi garis luar atau outline dari sebuah
tone warna tertentu. Ujud benda dapat diambil dari berbagai posisi kamera, seperti dari
bawah subyek. Manipulasi ujud dengan menggunakan berbagai macam lensa, mulai
dari lensa sudut lebar hingga lensa fokus panjang atau long-focus. Contohnya adalah
foto siluet manusia yang berdiri di tepi pantai menyaksikan matahari terbenam, siluet
nelayan yang mempersiapkan diri di saat matahari terbenam di tepi pantai untuk
menangkap ikan, atau foto piramid dan Sphinx dengan menonjolkan tekstur batunya di
Mesir.
• Bentuk (form), yaitu tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti kubus,
balok, prisma, dan bola. Dalam fotografi ditunjukkan dengan gradasi cahaya dan
bayangan, dan kekuatan warna. Untuk menghasilkan foto yang baik sebaiknya
mengambil cahaya samping dengan sudut-sudut tertentu, dan menghindari
pencahayaan frontal.
• Pola (pattern), yaitu tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi bagian
tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.
Contohnya adalah foto segerombolan bebek, tumpukan pot dari tanah liat.
• Tekstur (texture) yaitu tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan permukaan
suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan seterusnya).
Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kekontrasan yang timbul
dari pencahayaan pada saat pemotretan. Cahaya yang paling baik adalah cahaya
langsung matahari pagi dan matahari sore yang merupakan kunci sukses foto lansekap.
Contohnya adalah foto close up kembang kol atau tekstur pohon.
• Kontras (contrast) atau disebut juga nada, yaitu kesan gelap atau terang yang
menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra. Kontras
warna disebabkan oleh warna-warna primer, yaitu merah, biru, dan kuning, atau akibat
dari penempatan warna primer terhadap warna komplemennya , seperti hijau, jingga,
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
52
dan ungu. Meskipun penggunaan warna tergantung pada pengalaman pribadi, namun
ada aturan umum bahwa warna yang berat akan menyeimbangkan warna-warna
lemah. Warna-warna berat atau keras berkesan penting dan bila digunakan sedikit
kontras warna akan ada aksentuasi yang tidak mengganggu keseluruhan warna.
Misalnya, foto pemandangan di tepi danau dengan aksentuasi rumah kayu bercat
merah menyala.
• Warna (colour) yaitu unsur warna yang dapat membedakan objek, menentukan mood
daripada foto kita, serta memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya tarik.
Warna dapat ditimbulkan melalui pilihan pencahayaan serta exposure, sedikit
underexposing akan memberikan hasil yang low-key, dan sedikit overexposing atau
penggunaan filter warna akan memberikan hasil warna yang kontras. Idealnya, sebuah
foto mempunyai satu subyek utama dan satu warna utama, sedang subyek dan warna
lainnya merupakan pendukung. Sebuah komposisi yang warnanya terdiri dari tingkat
warna sejenis akan menghasilkan foto yang tenang.
Unsur-unsur pendukung komposisi ini sangat dipengaruhi oleh sumber cahaya yang
berupa cahaya seadanya, seperti cahaya matahari, lampu jalan atau cahaya dari lampu
studio. Perbedaan sumber cahaya dan sudut pencahayaan akan meberikan hasil yang
berbeda.
JENIS-JENIS KOMPOSISI
Dari satu obyek yang sama dapat dihasilkan berbagai macam komposisi. Hasil
pemotretan sebuah obyek dengan sudut pengambilan dari sisi kiri akan berbeda
dibandingkan dari sisi kanan, berbeda pula bila diambil dari sisi atas, dan bawah.
Perbedaan sudut pengambilan gambar akan membedakan hasil gambar. Cara pemotretan
demikian dapat memberikan beberapa alternatif karya untuk dapat dipilih yang terbaik bagi
suatu keperluan pemotretan.
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
53
Ada beberapa macam komposisi yang dapat dipergunakan dalam memotret obyek,
antara lain komposisi simetris, asimetris (tidak simetris), sentral, diagonal, vertikal, dan
horizontal.
1. Komposisi simetris
2. Komposisi asimetris (tidak simetris)
3. Komposisi sentral
4. Komposisi diagonal
5. Komposisi vertikal
6. Komposisi horizontal
PEDOMAN KOMPOSISI
Ada beberapa pedoman sederhana dalam menentukan komposisi, yaitu
1. Ruangan gambar dibagi menjadi tiga bagian, vertikal dan horizontal dengan garis-garis
khayal. Titik-titik dimana garis-garis berpotongan merupakan tempat terbaik untuk
meletakkan obyel-obyek utama dan obyek tambahan. Sebuah gambar dengan obyek
utama berada di pusat ruangan kurang menarik untuk dipandang.
2. Garis sejajar horizontal akan mengarahkan mata langsung ke luar gambar dan dengan
demikian dapat merusak suasana. Sebaiknya digunakan garis-garis sejajar vertikal
(seperti batang pohon) yang ditarik dari atas ke bawah asalkan mereka diseling pada
titik-titik tertentu.
3. Garis-garis yang berpotongan akan menjuruskan mata ke arah sudut. Jika mereka tidak
berpotongan akan menjuruskan mata ke arah titik pada gambar dimana mereka
sebenarnya akan dapat berpotongan jika dikehendaki. Garis-garis yang paling berhasil
pada komposisi yang baik ialah yang melintang diagonal pada gambar.
4. Daerah-daerah yang penting sebaiknya tidak sama luasnya. Jangan sekali-kali
membagi gambar tepat setengah cakrawala atau kaki langit. Letakkan agak ke bawah
sepertiga atau ke atas duapertiga. Misalnya memotret matahari terbenam dari tepi
pantai.
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
54
5. Arah mencari cahaya. Daerah putih atau terang pada latar belakang yang gelap akan
menarik mata lebih kuat daripada tempat gelap pada latar belakang yang cemerlang.
6. Gambar disusun demikian rupa sehingga mata akan diarahkan pada titik pusat
perhatian utama.
7. Orang atau obyek apapun yang menghadap ke arah tertentu hendaknya mempunyai
ruangan yang lebih besar di depannya daripada di belakang, sehingga berkesan orang
itu memandang atau menuju ke suatu tujuan tertentu.
Praktek penggunaan komposisi di lapangan sebaiknya diawali dengan mengasah
kepekaan estetik melalui kliping karya-karya fotografi yang pernah dikumpulkan. Kegiatan
ini dapat ditingkatkan dengan mencoba untuk meng ‘croping’ (membuang) bagian-bagian
foto yang tidak perlu
PENERAPAN KOMPOSISI
1. Fotografi Iklan
Definisi iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berita pesanan untuk
mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan;
iklan dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa
yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar dan majalah. Iklan sebelum
diluncurkan ke pasar melalui beberapa konsep yang disusun dan direvisi biro iklan dengan
persetujuan klien atau pelanggan. Dalam rangkaian proses tersebut dibutuhkan
keterlibatan fotografer iklan yang berperan memotret obyek iklan yang sudah
direncanakan oleh biro iklan. Pemilihan obyek iklan atau yang lebih sering disebut dengan
model iklan telah ditentukan oleh biro iklan dengan persetujuan atau permintaan klien atau
pelanggan. Komposisi obyek pemotretan iklan juga sudah diatur sebelumnya. Demikian
pula citra yang ingin ditampilkan dalam pemotretan yang berpengaruh besar terhadap citra
iklan bahkan produk yang diiklankan. Dengan demikian, peran fotografer adalah
mengerjakan pemotretan iklan sesuai dengan komposisi obyek yang diminta oleh biro iklan.
Fotografer berkreasi dengan mengambil beberapa sudut pengambilan obyek dengan
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
55
alternatif gaya obyek maupun pencahayaan. Iklan yang akan diambil sebagai studi kasus
adalah iklan Citra White.
Citra White merupakan produk yang memposisikan dirinya di pasar sebagai lotion
pemutih dan pelembab kulit. Iklan Citra White yang ditampilkan dalam bentuk iklan cetak
di berbagai majalah dan surat kabar menggambarkan Devi yang kulitnya tidak seputih
Deva. Berkat Citra White dengan bahan alami Sari Bengkoang, Pro-Vitamin B3, dan tabir
surya, kulit Devi jadi lebih putih, halus dan lembut hanya dalam enam minggu. Kini Devi
laksana cermin bagi Deva.
Pemilihan model iklan disesuaikan dengan segmen pasarnya, yaitu wanita muda
modern yang sebagian besar mendambakan kulit lebih putih, halus, dan lembut. Model
iklan dipotret dalam berbagai pose untuk mencapai citra yang diinginkan. Dalam
pemotretan model yang dipentingkan adalah gaya yang tepat serta pencahayaan yang
sesuai dengan citra yang diinginkan. Iklan Citra White menampilkan tokoh kembar ‘Devi’
dan ‘Deva’, padahal sebenarnya fiktif, karena orangnya hanya satu. Tapi berkat
kemampuan teknologi digital yang canggih, maka dua foto orang yang sama digabungkan.
Yang membedakan hanya penataan rambutnya saja. ‘Deva’ ataupun ‘Devi’ yang samasama
menjadi pusat perhatian utama diambil dengan posisi vertikal disesuaikan dengan lay
out iklan yang dibuat biro iklan Citra Lintas. Badan ‘Deva’ dan ‘Devi’ memenuhi bidang
gambar, sehingga tidak ada yang kosong, sehingga gambar yang dapat diolah dengan
teknologi digital juga besar. Dalam teknologi digital, gambar yang lebih besar dari hasil
pemotretan langsung lebih baik daripada gambar kecil dari hasil pemotretan yang
kemudian dibesarkan beberapa kali dengan bantuan teknologi digital. Gambar besar dari
hasil pemotretan dan kemudian hanya dibesarkan dua kali akan lebih baik mutunya
daripada gambar kecil hasil pemotretan yang kemudian dibesarkan sampai 10 kali. Hal ini
mengingat, apabila sebuah gambar dibesarkan terlalu berlebihan melalui teknologi digital
akan pecah yang akan nampak pada hasil cetak berupa obyek yang bergerigi.
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
56
Sumber : Fotomedia, September 1999
Pemotretan diserahkan fotografer Ferry Ardianto. Fotografer menampilkan citra
high key dengan menggunakan intensitas cahaya yang tinggi. Warna yang menonjol pada
iklan ini adalah putih, sehingga berkesan bersih. Model kelihatan putih, demikian juga
dengan baju dan latar belakangnya. Pencahayaan dibantu dengan cahaya softbox yang
menimbulkan kesan lembut dan gelap terang warna baju putih di atas latar belakang putih
dapat tampil dimensinya tanpa terkesan terpotong-potong dan tidak memakai baju. ‘Deva’
dan ‘Devi’ dibidik dengan penataan lampu dan intensitas cahaya yang sama. Ferry
Ardianto menggunakan lima softbox serta dua softbox tambahan untuk latar belakang.
Lima softbox tersebut terbagi menjadi satu cahaya rambut, dua cahaya samping, satu
cahaya utama, satu cahaya pengisi. Pemilihan f-stop f/22 untuk cahaya utama dan cahaya
samping, f/16 untuk cahaya pengisi dan cahaya rambut, serta latar belakang disinari f/22,5
(1/2 stop over dari obyek). Dengan pengukuran seperti ini, baju dan latar belakang yang
sama-sama putih dapat dibedakan karena cahaya pengisinya tidak terlalu besar.
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
57
Sumber : Fotomedia, September 1999
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
58
Sumber : Femina no. 41 / XXVII, 21 Oktober 1999
2. Seni
Foto seni adalah foto yang menggambarkan keindahan. Obyek foto seni dapat
bervariasi mulai flora, fauna, samapai manusia dengan berbagai macam peristiwa atau
keperluan seperti foto dokumentasi, berita, dan pendidikan. Berbagai macam foto dapat
termasuk dalam kategori ini apabila foto tersebut memiliki isi (content), teknik fotografi,
dan estetika. Contoh: lansekap yang menggambarkan keindahan pemandangan alam.
Foto berformat vertikal di bawah didominasi oleh barisan pepohonan, tetapi dengan
pusat perhatian utama orang yang berjalan sendirian di atara pepohonan. Pencahayaan
pada foto tersebut sedikit overexposed sehingga menampilkan kontras warna yang baik,
apalagi untuk foto hitam putih. Barisan pepohonan dengan ranting-ranting kering tampil
dengan kontras warna yang sangat kuat. Suasana sepi dan roamntis tercermin melalui
gelap terang pencahayaan pada pohon yang berseling-seling. Suasana ini makin tampak
dengan adanya orang yang berjalan seolah-seolah menuju suatu sinar.
KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
59
Sumber : Hedgecoe, John. John Hedgecoe’s New Book Of Photography, How To See And Take
Better Pictures. Dorling Kindersley Publishing, Inc., New York, 1994.
KESIMPULAN
Komposisi berperan besar dalam menghasilkan foto yang bermutu. Penerapan
komposisi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dapat mulai dilatih sejak dini
oleh para fotografer muda secara intensif agar kepekaan estetisnya terlatih dengan baik.
Dengan demikian, akan dihasilkan foto yang menarik diamati oleh dirinya sendiri dan orang
lain.
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 48 - 59
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
60
KEPUSTAKAAN
Am/Valens Hartadi P, “Si Kembar” Deva dan Devi Sama Putihnya, Fotomedia,
Jakarta, September 1999.
Beedell, Suzanne. Fotografi Waktu Senggang. Dahara Prize, Semarang. 1994.
Charpentier, Peter. Fotografi Potret. Dahara Prize, Semarang. 1993.
Charpentier Peter, Johan Den Ouden, Jan Visser. Motif Untuk Foto Anda. Dahara
Prize, Semarang. 1993.
Eastman Kodak Company. How to make good pictures, a handbook for the everyday
photographer. Eastman Kodak Company, Rochester, New York. 1943.
Haryanto Goenadi, Berbagai Segi Penilaian Foto Ditinjau Dari Hasil Seni, Buletin
PAF No. 198/XXV/ Sept – Okt, 1993.
Hedgecoe, John. John Hedgecoe’s New Book Of Photography, How To See And
Take Better Pictures. Dorling Kindersley Publishing, Inc., New York, 1994.

Tidak ada komentar: