Jumat, 06 Januari 2012

Nirmana Fotografi

NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
1
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN
Lesie Yuliadewi
Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Saat ini teknologi fotografi telah berkembang pesat, mulai dari penemuan kamera obscura
yang ditemukan oleh Leonardo da Vinci sampai penemuan kamera digital yang dikeluarkan oleh
beberapa pabrik besar pembuat kamera. Seiring dengan hal itu peranan fotografi juga semakin
luas, yaitu sebagai pendukung ilmu pengetahuan yang lain, seperti desain komunikasi visual. Dari
sini timbullah istilah Fotografi Desain yang sering menjadi pertanyaaan di kalangan orang yang
akan terlibat dalam jurusan Desain Komunikasi Visual.
Pembahasan terdiri dari dua pokok bahasan, yaitu fotografi dasar dan fotografi desain.
ABSTRACT
At present, photography technology has grown rapidly. It began from invention of
obscura camera, which was invented by Leonardo da Vinci, until the invention of digital camera,
which are produced by camera factories. Together with this development, the role of photography
become expanded, that is to support the other sciences, like visual communication design. From
this case, the term design photography often become the question to those who are involved in
department visual communication design.
The dicussion consist of two sections, they are basic photography and design
photography.
Kata kunci : fotografi, fotografi desain, desain komunikasi visual
PENDAHULUAN
Perkembangan fotografi telah dimulai sejak zaman Aristoteles, dan masih terus
berkembang dengan demikian pesatnya. Mulai dari kamera obscura yang masih digunakan untuk
menggambar hingga kamera digital yang dapat dihubungkan dengan komputer, sehingga
prosesnya dapat menghemat waktu dan biaya. Berbagai pengembangan cara manipulasi gambar,
tidak hanya bisa dilakukan manual di laboratorium fotografi saja, tapi sudah dapat dilakukan
dengan bantuan teknologi komputer.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, peranan fotografi menjadi
semakin luas. Perkembangan fotografi dimulai dengan penemuan kamera obscura yang hanya
digunakan untuk mengabadikan citra alam. Pengabadian citra alam tersebut dengan cara
menggambar, bukan memotret. Sekarang, fotografi telah mendukung berbagai ilmu pengetahuan,
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
2
seperti kedokteran (contohnya, foto-foto tentang berbagai macam penyakit, alat kedokteran,
anatomi tubuh manusia), hukum (foto-foto tentang demonstrasi/unjuk rasa, pembunuhan, perang),
arsitektur (foto-foto pusat pertokoan, perumahan), desain komunikasi visual (foto-foto pada
brosur, foto-foto pada iklan koran, foto-foto pada iklan majalah, foto-foto pada booklet), dan lainlain.
Fotografi memiliki peranan besar sebagai pendukung desain komunikasi visual untuk
mengkomunikasikan suatu produk atau jasa kepada khalayak sasaran. Dengan melihat foto suatu
produk, seseorang dapat mengenali produk yang bersangkutan dengan lebih baik, daripada ia
hanya membayangkan saja.
Melalui karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan gambaran singkat mengenai apa
perbedaan antara fotografi dan fotografi desain.
FOTOGRAFI
SEJARAH FOTOGRAFI
Sejarah fotografi tidak akan lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan
film, kita dapat mereproduksi gambar, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam
kamera.
Menurut sejarah, prinsip kerja kamera telah ditemukan sejak zaman Aristoteles, bahkan
mungkin sebelumnya. Aristoteles mengadakan percobaannya dengan merentangkan kulit yang
diberi lubang kecil, digelar di atas tanah dan diberi antara untuk menangkap bayangan matahari.
Sehingga cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah dan gerhana matahari dapat
diamati.
Kemudian penemuan kamera obscura ditemukan oleh Leonardo da Vinci, sorang pelukis
dan ilmuwan. Kamera obscura berupa sebuah kamar gelap yang diberi lubang kecil di salah satu
sisinya, sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang
ada di depannya.
NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
3
Gambar kamera obscura (Newhall, Beaumont, The History of Photography, The Museum of Modern Art,
New York, 1982, halaman 10)
Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga
bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaannya terutama masih untuk menggambar
benda-benda yang ada di depan kamera. Penggunaan kamera ini baru populer setelah
ditemukannya lensa pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk
ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan, sehingga menggambar menjadi lebih
sempurna. Tahun 1575, kamera portable yang pertama baru dibuat, dan penemuan kamera ini
untuk menggambar makin praktis. Baru tahun 1680 lahir kamera refleks pertama, namun
penggunaannya masih untuk menggambar, karena bahan baku untuk mengabadikan benda-benda
yang berada di depan lensa selain dengan menggambar masih belum ditemukan. Jadi, pada zaman
tersebut, kamera masih dipakai untuk mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil dari
kamera tersebut masih belum dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film negatif.
Sejarah penemuan film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan benda
yang berada di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan adanya
penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia bereksperimen dengan
menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam, ia berhasil mengabadikan benda
yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah gambar pada plat yang telah dilapisi
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
4
bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaaan ini masih belum dapat membuat duplikat
gambar
Percobaan demi percobaan telah dilakukan untuk menemukan bahan pembuat duplikat
gambar, tetapi tetap gagal. Sampai akhirnya Sir Henry Talbott menemukan Callotype dari bahan
kertas yang gambar-gambarnya berupa gambar negatif dan dapat direproduksi. Tapi penemuan ini
kurang diminati, karena hasilnya kurang tajam.
Kemudian lahirlah Collodion, bahan baku fotografi yang diperkenalkan oleh Frederick
Scott Archer, dengan menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini adalah proses basah.
Bahan kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung dipasang pada kamera obscura, dan
gambar yang dihasilkan lebih baik. Cara ini banyak dipakai untuk memotret di seluruh Eropa dan
Amerika, sampai ditemukannya bahan gelatin dan ditemukannya bahan kimia yang dapat
digunakan untuk proses kering.
Tahun 1895, George Eastman membuat film gulung (roll film) dengan bahan gelatin,
yang dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang.
Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam mengabadikan
benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya, sehingga para fotografer, baik
amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni tinggi, tanpa perlu terhalang oleh
keterbatasan teknologi.
KAMERA
Kamera yang beredar di pasaran terdapat beberapa jenis (berdasarkan cara
pengoperasiannya), yaitu kamera otomatik, semi otomatik, dan manual. Kamera otomatik bisa
dipakai tanpa harus mempelajari cara kerja kamera yang rumit, biasanya banyak dipakai oleh
orang-orang awam untuk kebutuhan praktis. Kamera semi otomatik memerlukan sedikit
pengetahuan mengenai cara kerja kamera sebelum kita memakai kamera tersebut, biasanya
dipakai oleh para penggemar fotografi. Sedangkan kamera manual memerlukan pemahaman yang
mendetail mengenai cara kerja kamera sebelum kita mulai memakainya, biasanya dipakai oleh
para hobis (penggemar) dan profesional fotografi.
Kedua jenis kamera yang terakhir inilah yang paling banyak dipakai dalam pendidikan
jurusan desain komunikasi visual, karena pada jurusan ini diajarkan bagaimana menggunakan
kamera secara manual.
PEMOTRETAN
NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
5
Ada banyak teknik pemotretan yang dapat dipelajari dan sangat mungkin dikembangkan
lebih lanjut dengan kamera-kamera manual maupun semi otomatis. Bagian paling awal dari
pemotretan adalah kita mengenal bagian-bagian dari tubuh kamera dan fungsinya, seperti
penggunaan diafragma (bukaan), shutter (rana), dan lain-lain. Sehingga, bila kita memotret kita
tak perlu lagi dipusingkan dengan bagaimana cara mengoperasikan kamera.
Shutter atau rana berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar atau cahaya yang
masuk ke kamera dan mengenai bidang film. Shutter atau rana dinyatakan dengan angka-angka B,
1,2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000, 2000, B (atau T) artinya bila kita menekan tombol,
maka shutter atau rana akan membuka, dan pada waktu kita lepaskan tekanan, shutter akan
menutup. 2 artinya ½ sekon. 100 artinya 1/100 sekon, dan seterusnya. B (Bulb) atau T (Time)
akan digunakan apabila dibutuhkan pencahayaan melebihi waktu 1 detik. Makin besar shutter
(rana) membuka, maka semakin banyak sinar yang akan masuk, dan sebaliknya.
Diafragma berfungsi membuka dan menutup lebar lensa sepenuhnya, sehingga cahaya
dapat masuk ke kamera dan mengenai bidang film. Angka bukaan diafragma dinyatakan dengan
angka f/1,4, f/2, f/2.8, f/4, f/5,6, f/8, f/8, f/11, f/16, f/22.
Fungsi diafragma dan shutter (rana) hampir sama. Perbedaannya dapat dilihat pada hasil
pemotretan:
Makin kecil angka difragma, contoh f/1,4, maka makin besar bukaan, sehingga makin banyak
cahaya yang masuk. Akibatnya, latar belakang foto tampak lebih kabur. Makin besar angka
diafragma, contoh f/22, maka makin kecil bukaan, sehingga makin sedikit cahaya yang
masuk. Akibatnya latar belakang foto tampak jelas.
Makin kecil angka kecepatan shutter (rana), contoh 15 (1/15 detik), maka makin lambat
kecepatan rananya, sehingga makin banyak cahaya yang masuk. Akibatnya obyek pemotretan
tampak seakan-akan bergerak. Makin besar angka kecepatan shutter (rana), contoh 2000
(1/2000 detik), maka makin cepat kecepatan rananya, sehingga makin sedikit cahaya yang
masuk. Akibatnya, obyek pemotretan tampak seakan-akan beku, tidak bergerak.
Teknik-teknik pemotretan dasar antara lain memotret dengan menggunakan latar
belakang (background) atau latar depan (foreground) kabur, latar belakang dan latar depan jelas
semua. Teknik pemotretan semacam ini dapat dipelajari dengan menguasai pemakaian diafragma
yang telah dijelaskan pada alinea sebelumnya.
Kemudian dilanjutkan dengan freeze, movement, panning, dan lain-lain yang menuntut
penguasaan bagian-bagian tubuh kamera secara mendalam. Cara pemotretan freeze, movement,
dan panning adalah sebagai berikut:
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
6
Cara pemotretan freeze adalah membidikkan kamera pada obyek yang bergerak dengan
memilih angka shutter yang besar, misalnya 2000, tanpa dibantu dengan alat penyangga
kamera (tripod).
Cara pemotretan movement adalah membidikkan kamera pada obyek yang bergerak dengan
memilih angka shutter yang kecil, misalnya f/15, dan dibantu dengan alat penyangga kamera
(tripod).
Cara pemotretan panning adalah membidikan kamera dengan mengikuti gerakan obyek.
Angka shutter dipilih yang kecil, mulai f/30. Pemotretan ini dilakukan tanpa bantuan alat
penyangga kamera (tripod).
Pengambilan lokasi pemotretan dapat berlangsung di dalam (indoor) atau di luar ruangan
(outdoor). Di dalam ruangan (indoor), kita dapat memanfaatkan studio foto untuk pemotretan
model, atau produk dengan berbagai peralatan studio, seperti lampu-lampu studio, layar yang
dipakai sebagai latar belakang (background), table top, dan lain-lain. Pencahayaan di studio
fotografi dapat diperoleh dari lampu-lampu studio, lilin, atau cahaya jendela. Pencahayaan
memotret di luar ruangan (indoor) diperoleh dari cahaya matahari, atau dengan bantuan lampu
kilat (flash).
KAMAR GELAP
Selain proses pemotretan, proses yang tidak kalah pentingnya adalah proses yang terjadi
di laboratorium fotografi, yang sering disebut juga sebagai kamar gelap. Peranan kamar gelap
sangat besar dalam terciptanya suatu karya seni foto yang bernilai tinggi. Karena di tempat inilah
kita dapat melakukan manipulasi gambar.
Proses yang lebih banyak dilakukan secara manual di laboratorium fotografi (kamar
gelap) adalah proses fotografi hitam putih, karena proses fotografi warna memerlukan
perlengkapan yang lebih mahal, dan boros.
Proses fotografi yang terjadi di kamar gelap, terbagi menjadi dua proses, yaitu proses
pencucian film dan pencetakan foto (printing). Di sinilah, dapat dilakukan eksperimen yang akan
melibatkan banyak kreatifitas secara manual.
Besarnya peranan kamar gelap ini dapat tercermin dari pernyataan Prof. R. M. Soelarko
dalam bukunya Teknik Fotografi Modern: “Hasil pemotretan yang biasa dapat dirubah menjadi
karya seni, oleh seseorang yang mahir dalam prosedur kamar gelap. Malahan ia dapat membuat
macam-macam versi dari tema yang sama, yang satu berbeda dengan yang lain.” (1982:vii).
NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
7
Proses pencucian film dilakukan terlebih dulu sebelum mencetak foto. Sebuah film
dikeluarkan dari kamera. Kemudian, gulungan film dikeluarkan dari kasetnya yang berbentuk rol
dalam keadaan ruangan gelap total. Atau, dilakukan dengan bantuan change bag, sebuah kantong
hitam rapat cahaya, yang bentuknya seperti baju anak kecil, dibuat dari kain hitam, dan dapat
dibuka dengan tutupan zip (resleting).
Film digulung pada REEL plastik yang ada dalam tangki pengembang. Kemudian tangki
pengembang tersebut diisi dengan obat pengembang. Ukuran suhu obat pengembang perlu
diperhatikan, begitu juga dengan lama pengembangan (gunakan timer/pengukur waktu). Setelah
waktu pengembangan selesai, obat pengembang dibuang, dan stop bath atau air biasa dituang,
dan digojak dengan baik, supaya bersih. Air dibuang dan diganti dengan fixer selama 10 menit,
sebaiknya suhu yang digunakan sama dengan suhu obat pengembang di atas. Setelah itu, fixer
dibuang dan diganti dengan air. Selanjutnya segera dapat dilihat hasilnya, berhasil atau gagal !
Pencetakan foto secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan enlarger dan
pengembangannya dilakukan dengan larutan pengembang (developer), stop bath (air bilas biasa),
fixer, dan air biasa untuk membilas kertas foto sampai bersih. Namun demikian, sebagian besar
penggemar foto lebih suka menyerahkan pekerjaan proses film dan cetak pada laboratorium foto
untuk menghemat biaya dan waktu, terutama untuk foto warna.
Pada laboratorium foto warna profesional, kita dapat meminta pada seorang operator
mesin cetak warna untuk mengatur warna sesuai keinginan kita. Misalnya ditambah warna
kuningnya (yellow), atau biru (cyan).
Jumlah laboratorium-laboratorium foto profesional semacam itu cukup jarang (yang
dapat diminta untuk mengatur warna), bahkan di kota-kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta.
FOTOGRAFI DESAIN
Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, fotografi pun makin luas
peranannya pada berbagai bidang ilmu pengetahuan dan profesi, antara lain pada disiplin desain
komunikasi visual. 1
Pada bidang desain komunikasi visual, foto sangat berkaitan erat dengan iklan (seperti
iklan majalah, iklan surat kabar, brosur, katalog, poster, dan lain-lain). Foto dalam Desain
Komunikasi Visual digunakan untuk membantu proses komunikasi, menggambarkan suatu
keadaan dan, atau produk (contohnya, foto iklan obat demam anak-anak yang menggambarkan
keadaan si anak sebelum dan sesudah meminum obat tersebut). Dengan demikian, diharapkan
1 Pada jurusan Desain Komunikasi Visual, terdapat mata kuliah fotografi yang mengajarkan teknik-teknik
dasar fotografi dan dilanjutkan dengan peranan fotografi dalam desain komunikasi visual. Bagian inilah
yang disebut Fotografi Desain, yang merupakan penggabungan antara fotografi dan desain komunikasi
visual.
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
8
sasaran dapat lebih mengenal suatu produk atau jasa melalui foto tersebut, daripada sasaran hanya
membayangkan suatu produk atau jasa tersebut.
Foto dibuat berdasarkan suatu konsep desain untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
keinginan desainer atau pengguna. Biasanya, dibuat untuk keperluan suatu iklan (suatu pesan
mengenai suatu produk/jasa yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa
yang dikenal, dan ditujukan kepada sebagian atau keseluruhan masyarakat). Foto harus produktif
(dalam arti membangkitkan minat), komunikatif, dan menghasilkan respon melalui daya tarik
visualnya dalam mendukung suatu iklan.
Dalam menghasilkan foto yang mendukung suatu iklan, komunikator visual harus
memperhatikan bagaimana konsep desainnya dan kemudian merancang foto yang sesuai dengan
konsep desain tersebut. Langkah-langkah dalam pemikiran konsep desain dan perancangan foto
sebagai berikut:
Pertama, konsep desain terbentuk berdasarkan pembicaraan dengan klien mengenai
kelebihan-kelebihan apa yang ingin ditampilkan, bagaimana janji-janji yang akan diberikan,
dan sebagainya. Dari sini, diharapkan mendapatkan informasi yang mencukupi untuk
membuat alternatif pemikiran desain.
Kedua, kita merancang foto, dalam arti kita mencipta suatu rupa foto yang mempunyai
maksud tertentu melalui pemecahan masalah tersebut dengan melibatkan pemikiran,
perasaan, dan keterampilan. Pembuatan foto semacam ini memiliki keterikatan dengan
berbagai tuntutan (seperti pemesan, teknis, komunikasi, biaya), kebebasan terbatas (membuat
foto yang tidak asal indah/bagus), mengemban tugas tertentu (sesuai dengan konsep), bisa
dibuat perorangan atau pun berkelompok (team work), dan tujuan akhirnya adalah
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diemban (sesuai dengan konsep).
Adapun pedoman dalam merancang tersebut adalah 5W 1H (Where, What, When,Who,
Why, How). Who yang dimaksud disini adalah si pemberi pesan dan penerima pesan (khalayak
sasaran). What yang dimaksud adalah pesan apa yang akan disampaikan untuk menjual suatu
produk/jasa. Why yang dimaksud misalnya mengapa disampaikan ke khalayak sasaran. Where,
dimana akan dipasarkan. When, kapan akan dipasarkan. How yang dimaksud adalah bagaimana
cara menyampaikan pesan melalui foto yang dibuat.
Selain beberapa pedoman yang telah disebutkan di atas, sebagai seorang fotografer yang
mendukung suatu kegiatan promosi produk atau jasa, ada baiknya kita mengerti tata krama dan
tata cara periklanan di suatu negara atau daerah khalayak sasaran. Hal ini penting untuk
diperhatikan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita/klien inginkan, antara lain seperti
kegagalan promosi.Di Indonesia (bila iklan itu dipakai untuk khalayak sasaran di Indonesia),
NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
9
berlaku tata krama dan tata cara periklanan Indonesia untuk seluruh perusahaan periklanan,
bioskop, perusahaan radio, dan surat kabar di Indonesia. Dimana di dalamnya memuat bahwa
iklan itu harus jujur, bertanggung jawab, tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, tidak
boleh menyinggung perasaan dan atau merendahkan martabat agama, tata susila, adat, budaya,
suku, golongan, dan lain-lain.
Tahapan membuat suatu iklan yang perlu disimak, antara lain sebagai berikut:
Klien datang ke suatu biro iklan dengan masalah-masalah produk atau jasa. Di sini
dibicarakan mengenai keluhan/masalah, kelemahan, keunggulan, pesaing/kompetitor,
khalayak sasaran, dan lain-lain dari produk yang bersangkutan.
Dibuat suatu pemikiran atau konsep desain (problem solving) dari masalah-masalah diatas.
Diskusi dengan klien mengenai problem solving.
Mendesain.
Persetujuan desain dengan klien.
Perbaikan desain (bila diperlukan).
Persetujuan desain perbaikan dengan klien.
Final Artwork (FA).
Color Separation (Separasi warna) dan Proof.
Cetak.
Berikut diberikan sebuah contoh iklan majalah obat pereda demam untuk anak-anak merk
Tempra produksi MeadJohnson. Ada tiga macam foto yang digunakan untuk membantu proses
komunikasi, yaitu foto seorang anak yang mengalami demam (tampak cemberut), foto setelah si
anak tersenyum kembali karena sembuh berkat obat pereda demam yang diiklankan, dan foto
kemasan (packaging) obat pereda demam anak-anak tersebut. Dalam pembuatan foto ini ada
beberapa pedoman pemikiran dalam merancang desain visual:
Who, siapa si pemberi dan penerima pesan ? Si pemberi pesan adalah produsen obat pereda
demam anak-anak, dan para orangtua yang mempunyai anak di bawah usia dewasa
(berdomisili di Indonesia) sebagai khalayak sasarannya.
What, apa yang akan disampaikan untuk menjual produk/jasa kepada khalayak sasaran ?
Pesan yang akan disampaikan untuk menjual produk obat pereda demam anak-anak tersebut
adalah keefektifan obat pereda demam tersebut menurunkan demam anak Anda, sehingga
membuat anak Anda ceria kembali.
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
10
Why, mengapa pesan disampaikan ke khalayak sasaran ? Iklan obat pereda demam anak-anak
disampaikan ke khalayak sasaran agar khalayak sasaran mengetahui, mengenal, dan
diharapkan membeli produk obat pereda demam anak-anak tersebut.
NIRMANA Vol. 1 No. 1 JANUARI 1999
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
11
Where, dimana akan dipasarkan ? Dalam iklan ini yang dimaksud yang dimaksud adalah
dipasarkan di wilayah Indonesia.
When , kapan akan dipasarkan. Hal ini berkaitan dengan kapan (jangka waktu) iklan tersebut
dipakai untuk mendukung pemasaran suatu produk.
How, bagaimana cara menyampaikan pesan melalui foto yang dibuat ? Cara menyampaikan
pesan melalui pendekatan emosional, karena yang lebih memperhatikan perkembangan anak
adalah ibu-ibu rumah tangga (biasanya).
Dengan melihat sebuah foto, khalayak sasaran (pemirsa) akan lebih mudah mengingat
dan mengerti efek positif produk tersebut, daripada bila ia hanya membayangkan saja bagaiamana
wujud produk tersebut.
Fotografi desain tidak hanya berkaitan dengan media cetak seperti yang disebutkan di
atas, tapi juga dapat dikaitkan dengan pembuatan slide suara.
KESIMPULAN
Fotografi dalam desain komunikasi visual tidak berdiri sendiri, tapi mendukung fungsi
utama dari desain komunikasi visual itu sendiri, yaitu untuk berkomunikasi antara produsen
produk atau jasa kepada khalayak sasarannya. Dan untuk itu, fotografi dalam desain komunikasi
visual memerlukan pemecahan dari berbagai masalah yang timbul, seperti masalah komunikasi
(pesan dapat ditangkap atau tidak oleh khalayak sasaran), masalah artistik (keindahan dari foto itu
sendiri), masalah teknis (masalah pencetakan, lebih baik dicetak di atas kertas koran, art paper ?),
dan masalah biaya (besar biaya biasanya telah ditentukan berdasarkan persetujuan dengan klien).
KEPUSTAKAAN
ASPINDO, P3I, BPMN/SPS, PRSSNI, GPBSI, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia, Direktorat Bina Pers Departemen Penerangan RI, Jakarta, 1981.
Beaumont Newhall, The History of Photography, The Museum of Modern Art, New York, 1982.
Barbara London, Photography, An Introduction to Black-and-White Photographic Technique,
HarperCollins, United States, 1991.
Drs. Djoni Djauhari, Kuliah Fotografi Desain , Universitas Trisakti, Jakarta, 1996.
Drs. Sandjaja, Selintas tentang Sejarah Fotografi, Universitas Trisakti, Jakarta, 1994.
Drs. R. Sumarsono D., Kuliah Komunikasi Periklanan 1, Universitas Trisakti, Jakarta, 1995.
Drs. R. Sumarsono D., Kuliah Komunikasi Periklanan 2, Universitas Trisakti, Jakarta, 1996.
MENGENAL FOTOGRAFI DAN FOTOGRAFI DESAIN (Lesie Yuliadewi)
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
12
Fotomedia, Still-Life Mengubah Konsep dan Desain , Jakarta, September 1996.
John Freeman, Practical Photography, Reed Editions, Australia, 1995.
Mitchell Beazley, John Hedgecoe’s Workbook of Darkroom Techniques, Reed International
Books Ltd, London, 1985.
Prof. Dr. R. M. Soelarko, Teknik Fotografi Modern, P.T. Karya Nusantara, Bandung, 1982.
Prof. Dr. R. M. Soelarko, Penuntun Fotografi, P.T. Karya Nusantara, Bandung, 1981

Tidak ada komentar: